Kamis, 30 April 2009

MENATA EMOSI

Pernahkah anda mengalami kejadian sedang makan di warung kemudian pelayan terlambat memberikan minuman sementara makanan yang anda santap sudah habis, jengkel, gondok, kesal dan entah kata - kata apa lagi yang ada di benak anda.

Ketika anda sudah terbiasa makan di sebuah tempat makan favorit dengan makanan yang sudah biasa dipesan tetapi pelayan yang memberikan servis berbeda dari yang biasa melayani, kemudian sang pelayan baru ini tidak memiliki kepedulian terhadap pelanggan maka apa yang akan anda lakukan? apakah termasuk salah satu kejadian dibawah ini :
1. Menuang minuman ke piring makanan dan membayar makanan dan minuman.
2. Membuang minuman ke luar kemudian membayar makanan saja
3. Membeli minuman di warung tetangga dan membiarkan minuman yang kita pesan diatas meja

Semoga anda tidak melakukan salah satu dari 3 hal diatas, terkadang ketika kita makan dalam kondisi lapar maka energi akan terkonsentrasi untuk mengolah makanan yang masuk ke saluran pencernaan, akibatnya otak menjadi lamban untuk berpikir, jika anda sedang berpikir keras saat ujian maka lebih baik jangan makan terlalu banyak. Apa hubungannya? Akan dijelaskan oleh Dosen Fisiologi.

Kita cukup menjaga emosi dan sampaikan komplain dengan penuh santun dan etika, terkadang kita memang merasa emosi ketika situasi berjalan jauh dari harapan kita tetapi dengan menata emosi keadaan tidak akan berubah lebih buruk, jika ternyata setelah melepas kritik tetap tidak terjadi perubahan dalam pelayanan maka mengapa tidak mencoba beralih tempat lain dengan pelayanan yang lebih bagus.

Di Semarang ada sebuah warung nasi kucing terkenal dengan julukan "SEGO SETAN", jangan negativ thingking bahwa yang jual atau yang beli SETAN, julukan ini muncul karena jualnya diatas jam 9 malam sehingga nyaris menjadi warung andalan bagi para clubber dan batman yang hobi keluyuran malam - malam, satu hal yang menarik adalah penjualnya murah senyum (maaf saya lupa namanya).

Saya menulis SEGO SETAN bukan karena ngiklan, saya gak kenal sama pemilik maupun penjualnya, ini cuma cerita pengalaman saja. Sebuah cerita bahwa seorang pedagang yang service nya memuaskan, yang pelayanannnya mampu mengena di hati pelanggannya maka pelanggan akan loyal dan bertahan untuk tidak pindah ke warung lain. Mengelola emosi pembeli adalah kewajiban penjual, jika emosi pembeli mampu dikelola, kayaknya gak perlu strategi marketing yang muluk - muluk, BRANDING akan memperkuat posisi dari bisnis anda. Silahkan dicoba!

Minggu, 26 April 2009

Mengelola Konflik Intrapersonal

Konflik dengan diri sendiri adalah suatu kejadian atau situasi yang membuat seseorang mengalami kebingungan yang luar biasa,mengapa konflik dengan diri sendiri membingungkan orang lain? kita ilustrasikan dengan kasus.

"Sebut saja namanya Chika, usianya masih 18 tahun, dia disukai oleh 3 orang cowok, cowok pertama adalah seorang model cakep, tajir tetapi cassanova alias the heartbreaker, cowok kedua seorang pemuda cakep juga, atlet olahraga dan anak seorang yang berpengaruh di kotanya jika kemana - mana harus dikawal sama teman - teman akrabnya, cowok ketiga kelihatan paling sempurna, cakep, tajir, anak pengusaha kaya tapi anak mami banget.

Jika Chika harus memilih dia merasa bahwa ketiganya masuk kategorinya tetapi kekurangan dari masing - masing membuat dia berpikir dua kali untuk meneruskan hubungan dengan salah satu cowok, Chika merasa bahwa dia belum menemukan sosok pria dalam ketiga diri cowoknya.

Konflik yang terbangun dari dalam ini yang membuat Chika seperti mati kutu, mau jalan dengan cowok pertama takut sakit hati, mau jalan dengan cowok kedua seperti putra presiden saja kemana - mana dikawal tidak bebas, cowok ketiga malah anak mami.

Chika bingung mana yang harus dia pilih dan mana yang harus dia tolak. Akhirnya Chika malah tidak berpacaran dengan siapapun. Mungkin ada yang mengalami kejadian seperti Chika.

Solusi :
1. Cowok yang dipilih adalah cowok kedua, dengan edukasi yang benar maka menyingkirkan pengawal lebih mudah daripada mengubah karakter anak mami dan karakter Cassanova.
2. Menolak dengan halus cowok pertama dan ketiga dengan cara santun karena keduanya memiliki peluang membuat sakit hati, cowok pertama karena berkhianat dan cowok ketiga karena sikap ibunya mampu mendikte dia.
3. Memberi penjelasan kepada para pengawal cowok kedua bahwa Chika membutuhkan suasana romantis dengan cowoknya serta meminta mereka memberi ruang lebih pribadi.
4. Chika menjelaskan konsep diri dan cara pandangnya kepada sang cowok kedua sehingga sang cowok mampu menjelaskan pada pengawalnya.
5. Ajak cowok kedua berkenalan dengan teman - teman Chika agar dia mengenal dunia Chika dan tahu bagaimana harus bersikap.

Kasus diatas hanya contoh yang pernah terjadi pada seorang sahabat akrab SMA saya, tidak semua pendapat ini benar, anda punya alasan memilih cowok 1 atau cowok ke 3, tetapi berdasarkan analisa dan pengalaman beberapa teman bahwa ternyata anak mami tidak memiliki ketegasan dalam mengambil keputusan dan sang Cassanova memiliki hati untuk banyak wanita.

Analisa diatas tidak mutlak benar, anda punya sudut pandang berbeda dalam mengenali masalah, contoh analisa ini hanya sudut pandang penulis saja, langkah - langkah mengenal masalah pribadi dan mengatasinya menjadi lebih mudah jika anda mengenal konsep diri anda.

Rabu, 15 April 2009

TIM PEMANTAU INDEPENDEN

judul diatas kalo disingkat namanya jadi TPI, kalo dalam bahasa televisi akan berhubungan dengan televisi pendidikan Indonesia yang tayangannya sudah tidak lagi mendidik, beberapa tayangan sudah mulai komersial dan tayangan non komersial susah untuk menjaring iklan, akhirnya idealisme sebagai televisi pendidikan harus dimentahkan oleh kepentingan mengejar profit, satu hal yang sangat mencengangkan ditunjukkan oleh TV One yang nyaris tidak menayangkan sinetron dalam bentuk apapun, masyarakat disuguhi berita dan informasi terbaru tetapi lihat iklannya sama bejibunnya dengan televisi lain, berarti tidak ada hubungan antara idealisme dengan profit. Menjadi diri sendiri tetap lebih unggul daripada meniru.

Kembali ke judul, menjadi tim pemantau adalah sebuah tanggung jawab, sebuah tanggung jawab moral untuk mengawasi agar ujian nasional berjalan dengan sedikit kecurangan, kecurangan tidak mungkin ada, hal ini sama dengan hitam putihnya warna, jika ada golongan putih maka ada golongan hitam, jika warna putih dikaitkan dengan hal baik maka warna hitam selalu identik dengan hal buruk, jika tidak mencoblos dianggap golongan putih apakah yang mencoblos dianggap golongan hitam? jika jawabnya ya maka pola pikir yang dipakai oleh para provokator golput pemilu bisa dikaitkan dengan dunia hitam dan dunia putih. Aneh...

Mengawasi dan mencegah kecurangann tentu tidak harus meninggalkan budaya etis dan etika, datang sebelum ujian dimulai dan pulang setelah ujian selesai, bagaimana dengan anggota TPI yang datang terlambat dan pulang awal? tidak ada tim pemantau khusus mengawasi kinerja TPI ini, pengawas ujian bisa iri dengan kinerja para tim pemantau independen ini, kerja lebih ringan tapi honor lebih banyak...jika uang menjadi tolok ukur, sebenarnya beban moral untuk menjaga standar atau mutu juga patut diperhitungkan, jika yang menjadi TPI adalah seorang dosen yang bisa mengajukan penelitian sebesar 5 juta sampai 12,5 juta bandingkan dengan honor menjadi TPI sangat beda, mengapa mau? karena tanggung jawab secara moral.

Menjadi TPI bukan masalah uang tetapi tanggung jawab moral untuk menjaga mutu, upaya penjaminan mutu pendidikan bertujuan agar generasi muda Indonesia kompetitif, berani berdikari atau enterpreneur, visioner, tangguh, tahan banting dan kompeten dibidangnya, tentu TPI hanya segelintir peran dalam pendidikan, jika ujian tidak diawasi, jika pelaksanaan tanpa pemantauan maka upaya BERSIH mewuujudkan generasi cerdas bisa dikotori oleh kecurangan, semoga kelak Ujian nasional bukan lagi momok tetapi menjadi ajang Final sebuah kompetisi kecerdasan, sehingga yang kalah sekalipun tetap cerdas bukan yang lolos ternyata sama bodohnya dengan yang tidak lolos, satu keyakinan bahwa generasi cerdas sudah didepan mata, dengan managemen yang tepat, sentuhan tangan dingin birokrat akan membuat generasi cerdas ini terlahir melalui sebuah mekanisme panjang bukan dengan cara instan.

Minggu, 12 April 2009

EDUKASI MASSA

Jika selama ini pemilu berjalan dengan cara mencoblos kemudian di ubah dengan cara mencontreng, maka muncul beberapa kejadian lucu yang terekam selama pemilu legislatif yang berlangsung tanggal 9 April 2009 kemarin.

Kejadian 1
Seorang Bapak - bapak datang ke TPS dengan harapan akan mencontreng nama salah seorang caleg yang kebetulan memang dia kenal, satu asumsi yang selama ini tertanam dalam benaknya bahwa nanti dia akan melihat foto sang caleg di lembar kertas suara, sesampainya disana ternyata yang ada adalah daftar nama, tanpa melihat kanan kiri akhirnya bapak - bapak ini akhirnya mencontreng nama dan partai berbeda dari tujuan awalnya.

Kejadian 2
Dalam satu desa ada dua orang caleg dengan sosialisasi yang sama kuat, sama - sama karismatik, sama - sama memiliki basis massa, ketika seorang ibu - ibu datang hendak memilih yang terjadi adalah nama kedua caleg dicontreng sedangkan kedua caleg tersebut mendaftar di DPRD Dapil yang sama sehingga kartu suara yang hangus menjadi banyak.

Kejadian 3
Seorang anak muda membuka kartu untuk DPD ketika menemukan gambar yang tidak dia kenal akhirnya kartu suara tersebut tidak diapa - apakan alias masih bersih dari contrengan.

Tiga kejadian diatas mewakili sebuah realita yang berlangsung di masyarakat, sebuah perubahan tanpa edukasi massa yang benar dan terukur membuat sebuah momen 5 tahunan berakhir dengan kejadian suara hangus dan tidak sah, fenomena ini layak menjadi sebuah bahan evaluasi apakah cara mencontreng lebih efektif dari cara mencoblos.

Masyarakat adalah komunitas heterogen yang membutuhkan sebuah pengetahuan baru, membutuhkan pencontohan yang berulang -ulang sehingga aktivitas mencontreng menjadi lebih mudah diterima jika memang mereka sudah menganggap cara tersebut familiar, naiknya jumlah golput dan kartu suara hangus perlu mendapatkan perhatian dari pengambil kebijakan.

Masyarakat adalah pembelajar yang senantiasa membutuhkan edukasi, jika semua dilakukan dengan benar, sistematis dan terukur maka kejadian kartu suara hangus bisa ditekan seminimal mungkin, semoga kelak kejadian seperti ini bisa diantisipasi dengan komunikasi massa yang baik.

Minggu, 05 April 2009

Promosi Diri lewat Web & Blog

Jika sekarang bertebaran blog artis, blog politikus bahkan blog beberapa orang terkenal menunjukkan bahwa blog mampu menjadi media pemasaran yang luar biasa, semakin menjamurnya blog maka Google Adwords juga semakin menguat,efeknya Google adsense untuk para blogger semakin menunjukkan esksistensinya. Pemasaran adalah sebuah kalimat yang salama ini dihindari oleh beberapa pelaku blogger.

Jika diminta mengikuti sebuah seminar tentang pemasaran, membangun mental maka seminar - seminar seperti ini cenderung dianggap kurang penting, justru seminar ini yang nanti akan menunjukkan kelasnya setelah seorang blogger mampu menghasilkan earning dalam jumlah banyak. Ketika mereka mulai melirik e commerce maka mau tidak mau mereka harus siap - siap belajar pemasaran.

Komunikasi adalah alat pemasaran yang paling ampuh, jika ingin menerjuni dunia bisnis online maka mengenal dasar - dasar promosi menjadi sebuah kewajiban tanpa pengetahuan dibidang pemasaran dan promosi maka bisnis online yang dijalankan bisa terhenti ditengah jalan karena tidak mendapatkan buyer atau pembeli.

Kamis, 02 April 2009

KOMUNIKASI POSITIF

Komunikasi bukan sekedar mengucapkan sesuatu atau menyampaikan sesuatu, komunikasi sudah sampai ke tataran interaksi manusia antar individu, individu dengan kelompok bahkan kelompok dengan kelompok. Semakin baik tataran atau kemampuan seseorang dalam berkomunikasi cenderung berpengaruh dalam kehidupannya baik dimasyarakat maupun di pekerjaan.

Kesuksesan seseorang secara finansial jika tidak didukung oleh sebuah kemampuan komunikasi yang baik justru membawa bencana, salah seorang pengusaha di Kabupaten Semarang memiliki kebiasaan untuk menunjukkan kesombongan, perilaku menunjukkan kekayaan dalam jumlah yang besar ini membuat banyak orang bukan terkagum – kagum tapi malah menjadi kurang berminat.

Komunikasi yang dibangun justru membunuh karakter yang dia bangun, nama baik dan reputasinya menjadi hancur hanya karena ketidakmampuan mengatur kata – kata dengan baik, kata – kata adalah anak panah yang mampu melukai hati dan perasaan seseorang. Kemampuan mengatur dan mengelola kata – kata membuat seseorang ditunggu dan dielu- elukan.

Kebijakan A’a Gym harus dihadang oleh komentar negative terhadap perilaku Pologami yang dilakukannya, Yusuf Mansyur menjadi terkenal karena kata – kata positifnya, bahkan Ustad Jefr Al Buchory menjadi naik daun akibat tutur kata yang baik, belum pernah ada tukang kritik yang menjadi berhasil, belum ada seseorang yang memiliki kebiasaan berkomentar negative menjadi orang hebat.

Kebiasaan berkomentar negative justru cenderung menjatuhkan seseorang Abraham Lincoln harus berlatih pedang di Westpoint hanya gara – gara salah melemparkan kritik, kesalahan bicara bias menjadi malapetaka, hanya gara – gara salah mengucapkan kata – kata seorang majikan di bunuh oleh pembantunya, hanya salah mengucapkan kata – kata seorang terdakwa bias di vonis lebih berat dari tuntutan jaksa.

Hanya dengan membiasakan berkomentar dan berkata positive, peluang menuju kemakmuran, peluang menuju kebahagiaan lebih menguat, tetapi komentar negative, komentar kurang bermutu justru mendekatkan kehancuran dan kesengsaraan. Jangan pernah mencoba teori ini, karena komentar selalu kembali ke kita, setiap komunikasi yang sudah kita lepaskan pasti akan kembali ke kita, saran saya…gunakan komunikasi positive dan komentar positive dalam apapun.