Selasa, 16 Februari 2010

Membaca fenomena non verbal

Anda marah dengan pasangan anda karena dia tidak bisa memahami anda? Anda marah dengan teman sekantor anda karena ide-idenya merugikan anda? Anda ingin dimengerti oleh orang lain dengan benar? Semua orang mengharapkan dimengerti oleh orang lain tetapi mereka tidak mengerti dan memahami diri mereka sendiri. Dibutuhkan sebuah upaya nyata agar kita bisa dimengerti dan dipahami orang lain, hal yang paling menyakitkan adalah ketika komunikasi yang kita gunakan gagal menyampaikan pesan.

Sebuah komunikasi adalah penyampaian lambang atau symbol, tidak semua lambang atau symbol tersebut dimaknai positive oleh orang lain, jika symbol yang diungkapkan ternyata memiliki makna yang berbeda, sebagai contoh : baju hitam diidentikkan dengan berkabung, suasana berduka, misterius dll, tapi coba anda lihat seorang pria dengan tuxedo hitam akan kelihatan gagah dan tampan. Bahkan mobil-mobil pejabat pun ada yang berwarna hitam, terkesan elegan. Sebaliknya warna putih melambangkan sesuatu yang bersih, tapi mengapa film kuntilanak justru berbaju putih?

Kembali ke pokok persoalan, membaca fenomena non verbal adalah membaca gelagat yang dapat diamati contoh : orang yang bersedih menangis, orang yang marah tatapan matanya tajam menusuk, orang yang gelisah berjalan mondar mandir, orang yang rendah diri menghindari tatap mata dsb.

Mengapa membaca fenomena non verbal penting? Karena dengan membaca fenomena non verbal yang muncul maka kita mampu menempatkan diri dalam posisi dan situasi yang tepat, ketika seseorang sedang dalam kondisi yang tidak tepat atau kondisi yang kurang nyaman maka mereka akan mengirimkan sinyal-sinyal ketidaknyamanan tersebut, jika kita mampu membacanya maka secara komunikasi kita akan menghindari konflik dengan melepas statemen yang tidak menyakitkan misalnya, mencegah perilaku yang mampu memicu terjadinya konflik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar